BERAU – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Berau mengalami lonjakan signifikan sepanjang 2024. Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat 64 kasus baru, meningkat hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan 36 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Berau, Garna Sudarsono, mengatakan tren kenaikan ini menandakan perlunya penguatan edukasi dan upaya pencegahan yang lebih masif, khususnya di kelompok rentan.
“Pemeriksaan rutin kami lakukan terhadap populasi berisiko, seperti ibu hamil, pekerja di tempat hiburan malam, serta individu dengan gejala khas HIV/AIDS. Hasilnya, 64 kasus baru ditemukan sepanjang 2024,” ujar Garna saat ditemui, Jumat (17/1/2025).
Namun, ia menyoroti rendahnya tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Dari total pasien yang terdiagnosis, hanya 45 orang yang aktif mengikuti pengobatan lanjutan.
“Sebagian besar berhenti di tengah jalan karena alasan pribadi atau memilih pulang ke daerah asal. Ini menjadi tantangan besar karena pengobatan HIV/AIDS harus dilakukan secara konsisten dan jangka panjang,” ungkapnya.
Edukasi Jadi Kunci
Dinkes Berau kini memperkuat sosialisasi dan kampanye edukatif untuk menekan laju penyebaran HIV/AIDS. Garna menekankan pentingnya menghindari perilaku berisiko, termasuk seks bebas tanpa pelindung dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat agar tidak berbagi alat pribadi seperti sikat gigi atau alat cukur, serta menjaga kebersihan sebagai langkah preventif.
“Edukasi merupakan fondasi utama dalam menekan angka penyebaran HIV/AIDS. Masyarakat perlu memahami bahwa virus ini tidak menular lewat kontak sosial biasa, namun tetap berbahaya bila tidak dicegah dengan perilaku hidup sehat,” kata Garna.
Butuh Kolaborasi Lintas Sektor
Dinkes menilai penanganan HIV/AIDS tidak bisa dilakukan secara sektoral. Perlu keterlibatan aktif dari berbagai pihak, mulai dari keluarga, komunitas, dunia pendidikan, hingga tokoh masyarakat.
“Kami mendorong terbentuknya ekosistem peduli HIV/AIDS di Berau. Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan agar edukasi menyentuh semua lapisan masyarakat dan stigma terhadap penderita juga bisa dikurangi,” ujar Garna.
Ia berharap dengan upaya terpadu dan dukungan masyarakat, angka kasus HIV/AIDS di Berau dapat ditekan, dan layanan kesehatan bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) semakin inklusif dan berkelanjutan.