TANJUNG SELOR – Aksi demonstrasi yang digelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tanjung Selor pada Rabu (17/7/2025), berubah menjadi tragedi. Tiga kader HMI mengalami luka bakar serius setelah terjadi insiden yang diduga dipicu oleh kelalaian aparat kepolisian saat pengamanan berlangsung.
Ketua HMI Cabang Tanjung Selor, Zulfikar, mengungkapkan bahwa aksi awalnya berjalan tertib. Massa menyampaikan aspirasi mereka di depan kantor Polda Kalimantan Utara. Namun, situasi memanas saat para mahasiswa mulai membakar ban sebagai bentuk simbolik protes.
“Awalnya semua terkendali. Tapi saat pembakaran ban dimulai, aparat datang membawa cairan pemadam berwarna pink, semacam kapur. Di tengah kekacauan itu, seorang kader yang memegang botol bensin dirampas oleh polisi. Cairan itu tanpa sengaja tumpah ke arah kerumunan yang berada di dekat titik api,” ujar Zulfikar saat dikonfirmasi awak media.
Ia menegaskan bahwa kader tersebut tidak bermaksud menggunakan bensin untuk tindakan berbahaya, melainkan hanya memegangnya tanpa menonjol di antara massa. Namun, situasi tak terkendali menyebabkan tumpahan bensin menyambar api, mengakibatkan kobaran besar yang membakar beberapa kader yang berada dekat lokasi.
“Posisinya sangat dekat dengan api, dan begitu bensin tersiram, api langsung menyambar. Kami percaya, kalau botol itu tidak dirampas dan disiram sembarangan, insiden ini bisa dihindari,” jelas Zulfikar.
Tiga mahasiswa yang menjadi korban langsung dilarikan ke fasilitas kesehatan. Awalnya mendapat penanganan darurat di Biddokkes Polda Kaltara sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Bulungan untuk perawatan intensif.
“Benar, pihak kepolisian sempat membantu membawa korban ke Biddokkes. Tapi sekarang mereka sudah dirawat di RSUD Bulungan,” tambahnya.
Baca Juga: Kalimantan Bukan Tanah Kosong: Suara BEM Se-Kalimantan Tolak Transmigrasi yang Ekspolatif
Terkait pelaku dari pihak aparat yang diduga menyebabkan insiden ini, Zulfikar mengaku tidak sempat melihat secara pasti.
“Kami fokus menolong teman-teman kami yang terbakar. Saat itu panik dan situasinya sangat kacau,” katanya.
Sementara itu, Ketua Badko HMI Kaltim-Kaltara Ashan Putra Pradana mengecam aksi ini. Apalagi ini menyangkut hak setiap warga dalam mengemukakan pendapat dimuka umum.
“Akan kami kawal dan kami mengecam tindakan tersebut, tugas aparat melindungi bukan mencelakai,” tegasnya.
Hal ini juga disoroti oleh Majelis Nasional Korps Alumni HMI (MN-KAHMI). Dalam press rilisnya Koordinator Presidium MN-KAHMI, Rifqinizamy Karsayuda, menyatakan insiden ini tidak dapat ditolerir dan menuntut penegakan hukum tanpa pandang bulu. Ia juga mengaku telah melihat video terkait insiden tersebut.
“Saya meminta aparat penegak hukum, terutama Kapolda Kaltara, untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan secara serius terkait dengan dugaan penyiraman bahan bakar minyak ke tubuh adik-adik HMI kami di sana,” tegas Rifqi.
“Tentu ini adalah aksi yang tidak dapat ditolerir dan saya minta penegakan hukum dilakukan dengan setegak-tegaknya tanpa pandang bulu,” sambungnya.
Kepada seluruh keluarga besar HMI, khususnya di Kalimantan Utara, Rifqi mengimbau agar tidak bereaksi berlebihan. Ia berharap insiden ini dapat menjadi pembelajaran agar aksi demonstrasi dan penyampaian pendapat dapat dilakukan dengan lebih santun dan bermartabat.
“Jadikan peristiwa ini sebagai pembelajaran agar kemudian aksi demonstrasi dan menyampaikan pendapat bisa dilakukan dengan lebih santun, lebih bermartabat, dan mengedepankan tradisi kita sebagai insan intelektual, akademis, pencipta, dan pengabdi,” pungkasnya.
Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait kronologi dan siapa pihak yang bertanggung jawab dalam kejadian tersebut. HMI mendesak agar insiden ini diusut tuntas dan meminta kepolisian bertindak transparan serta akuntabel dalam proses penyelidikan.
Peristiwa ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk publik yang menyayangkan terjadinya kekerasan dalam penanganan aksi unjuk rasa mahasiswa. (Redaksi)