SAMARINDA – Ketua Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Kalimantan Timur-Kalimantan Utara (Kaltimtara), Ashan Putra Pradana, menyampaikan keberatannya terhadap materi yang dipresentasikan oleh perwakilan Pangdam VI/Mulawarman dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Mulawarman, Selasa (5/8/2025).
Menurut Ashan, materi yang disampaikan Kapoksahli Pangdam VI/Mulawarman, Brigjen TNI Deni Sukwara, menampilkan cuplikan video aksi demonstrasi mahasiswa dengan jelas memperlihatkan atribut HMI. Tayangan tersebut, yang bersumber dari pemberitaan salah satu televisi nasional, dinilai merugikan citra organisasi.
“Kami sangat menyayangkan pemutaran video itu di forum pengenalan kampus. Tindakan tersebut mencederai nama baik HMI dan berpotensi membangun persepsi negatif di kalangan mahasiswa baru,” tegas Ashan saat dikonfirmasi media, Rabu (6/8/2025).
Ashan menilai, pemutaran video tersebut tidak dilengkapi dengan penjelasan konteks yang memadai, sehingga cenderung memojokkan gerakan mahasiswa, khususnya HMI. Padahal, kata dia, HMI selama ini konsisten berada di garis depan dalam memperjuangkan demokrasi dan kepentingan rakyat.
“PKKMB seharusnya menjadi wadah edukatif, bukan ruang untuk menyudutkan kelompok mahasiswa. Materi seperti ini bisa menimbulkan stigma yang tidak adil terhadap aktivisme mahasiswa,” jelasnya.
Sebagai respons atas kejadian itu, Badko HMI Kaltimtara meminta penjelasan terbuka dari panitia pelaksana PKKMB dan juga dari pihak Kodam VI/Mulawarman. Jika tidak ada itikad baik untuk menyelesaikan persoalan ini, Ashan memastikan pihaknya akan menempuh langkah resmi untuk menyampaikan keberatan.
Ia juga menyinggung soal ketidaktepatan dalam pemilihan narasumber dari pihak militer. Menurutnya, materi yang disampaikan tidak hanya melenceng dari nilai-nilai edukatif, tetapi juga bersifat provokatif dan tidak sejalan dengan semangat akademik.
“Forum akademik mestinya diisi oleh tokoh atau narasumber yang mampu memberi wawasan, bukan menebar stigma. Kalau Pangdam tidak bisa menyeleksi narasumber dengan bijak, bahkan menyampaikan materi yang berpotensi menimbulkan konflik sosial, lebih baik diganti saja,” tegas Ashan.
HMI berharap agar kejadian serupa tidak terulang, dan setiap forum kampus tetap menjunjung tinggi prinsip edukatif dan objektivitas. (Redaksi)