BERAU – Sekretaris Komisi II DPRD Berau, Sujarwo Arif Widodo, menyoroti fenomena meningkatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan dan sektor nonpertanian lainnya. Ia menilai kondisi tersebut merupakan sinyal serius yang dapat mengancam keberlangsungan ketahanan pangan di Kabupaten Berau dalam jangka panjang.
Menurut Sujarwo, perubahan fungsi lahan yang terjadi secara masif disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap sektor pertanian. Padahal, pertanian merupakan fondasi penting bagi keberlanjutan ekonomi masyarakat pedesaan dan penyedia utama bahan pangan di daerah.
“Ini harus jadi perhatian bersama. Jangan sampai banyak lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi perkebunan atau sektor lain. Kalau ini terus dibiarkan, kita bisa menghadapi ancaman serius terhadap ketahanan pangan daerah,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).
Ia menilai, meskipun sektor pertambangan dan perkebunan saat ini terlihat menjanjikan secara ekonomi, namun keberlanjutan keduanya tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang. Berbeda dengan pertanian, yang bersifat lebih stabil dan langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
“Sekarang memang sektor tambang terlihat meyakinkan. Tapi itu tidak akan bertahan lama. Justru pertanian yang harus diperkuat karena dari sanalah kehidupan masyarakat sebenarnya bergantung,” tegasnya.
Sujarwo juga menyoroti rendahnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian. Menurutnya, minimnya animo masyarakat menjadi petani harus dijawab dengan langkah konkret, baik melalui inovasi kebijakan maupun perbaikan sistem pertanian yang lebih menarik dan menguntungkan.
“Di dunia pertanian sendiri masih kurang animo masyarakatnya. Harus ada pembenahan sistem dan terobosan baru supaya muncul generasi penerus petani di Berau,” ungkapnya.
Selain itu, ia menilai kewajiban bagi ASN untuk mengonsumsi beras lokal belum bisa dijadikan ukuran keberhasilan pemerintah daerah dalam membangun sektor pertanian. Bagi Sujarwo, ukuran keberhasilan sejati adalah ketika pelaku pertanian dapat hidup sejahtera dari hasil usahanya sendiri.
“Dengan banyaknya petani yang beralih ke perkebunan, apakah itu bisa disebut sejahtera? Itu tandanya mereka tidak merasa nyaman di posisi sekarang,” katanya.
Untuk itu, Sujarwo mendorong Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait agar lebih memperhatikan nasib para petani. Ia menilai pemerintah daerah perlu memperkuat kembali dukungan terhadap sektor pertanian, termasuk melalui penyediaan bantuan, subsidi, dan tenaga penyuluh di lapangan.
“Memberikan bantuan bahan pokok bersubsidi dan mengaktifkan kembali petugas penyuluh pertanian di setiap daerah akan membuat petani merasa diperhatikan. Itu langkah sederhana tapi sangat berarti,” tutupnya.
Sujarwo berharap, pemerintah daerah segera mengambil langkah nyata agar lahan pertanian di Berau tidak terus berkurang, serta menjadikan sektor pertanian kembali sebagai tulang punggung ekonomi lokal yang berkelanjutan. (ADV/Zahra/Redaksi)










